Satelit Satria-1 Wujudkan Indonesia Terkoneksi


Dunia Internet dan digitalisasi merupakan hal yang saya interest sejak kecil.

Berawal di tahun 2000, saat naik ke kelas 6 SD saya diaajak ke pameran komputer teknologi yang dihelat Jakarta Convention Center. Dimana saya dibelikan perangkat komputer buatan Indonesia bermerek Mugen oleh orang tua saya.

Dan di paket pembelian komputer tersebut, kami mendapatkan 2 paket trial internet dari dua provider yakni Indonet dan Linknet masing-masing 15 jam. Dari situlah perjalanan saya menyukai dunia internet dimulai.

Koneksi internet yang digunakan saat itu menggunakan Dialup atau sambungan telepon rumah. Sehingga saat internet digunakan, kita tidak dapat menerima atau melakukan panggilan telepon. Karena harga dan paket berlangganan internet masih terbatas dan terbilang mahal,belum ada paket unlimited. Maka bermain internet hanya boleh digunakan pada sabtu dan minggu selama 1-2 jam.

Masih teringat, website pertama yang saya buka adalah bolehmail.com atau boleh.com yang tentu saja saya ketahui dari booth di pameran tersebut. Karena mereka sangat ramah dan membagikan sovenir multifungsi yang dapat digunakan sebagai pembatas buku maupun penggaris karena ada satuan centimeter di pinggirnya.

Boleh.com merupakan portal website lokal berbahasa Indonesia yang memiliki berbagai fitur cukup lengkap saat itu. Mulai dari layanan email, chat, game, horoscope, bahkan kitapun bisa membeli wallpaper ataupun ringtone terkini untuk hp nokia yang berlayar monocrome.

Game online multi user pertama di Indonesia yakni 'Nexia' juga berasal dari situs Boleh.com (BolehGame) selaku penyedianya. Sayapun merasakan keseruan tersendiri ketika berselancar disana. Karena saya bisa berkumpul dan terhubung dengan teman-teman di luar daerah hanya dengan membuka fitur BolehChat, Bolehgame dan lainnya yang sangat friendly user.

Selain boleh.com, situs lain yang saya buka biasanya berasal dari rekomendasi majalah remaja. 
Misalnya ada Dagelan.com untuk melihat foto hantu hingga suara misteri, Primbon.com untuk ramalan. Dan juga situs-situs yang berasal dari film atau televisi seperti Digimon, Harry Potter, Petualangan Sherina, hingga sinetron Indonesia seperti Bidadari dan Tuyul & Mbak Yul saat itu memiliki website.

Lucunya, untuk mengetahui dan menelusuri alamat website saat itu. Saya belum mengenal mesin pencari. Jadi saya selalu aware ketika melihat alamat website yang tertera dimanapun. Mulai dari bungkus mainan hingga bungkus makanan seperti Sosro dan KFC pernah saya buka websitenya.

Baru saat saya duduk di bangku SMP, saya sering menggunakan mesin penelusur yang ada di yahoo.com untuk mencari informasi ataupun pelajaran seperti tugas kliping berita dan lainnya. Sebab saat itu SMP Negeri di daerah saya menjadi percontohan untuk Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), sehingga kita diwajibkan mencari berbagai sumber lainnya seperti internet. Sebagai pelajar SMP saat itu, entah mengapa? Saya tidak tertarik dengan Google.com karena tampilannya yang kelewat simpel seperti tidak ada apa-apa.

Saat mempelajari pelajaran Komputer di SMP dan SMA, saya orang yang sangat cukup antusias dengan pelajaran tersebut. Terlebih saat di SMA Negeri, di sekolah saya di tahun 2005 datang komputer baru berjumlah 40 perangkat dengan koneksi internet yang unlimited menggunakan jaringan kabel coaxial.

Situs kawula muda yang sedang hits di masa saya SMA di tahun 2004-2005 adalah Friendster. Dimana Friendster merupakan cikal bakal media sosial seperti Facebook dan instagram sekarang. Saat bermain Friendster ada banyak hal yang saya pelajari mulai dari Custom profile yang menggunakan coding Css yang tersedia di situs pihak ke-3 hingga bisa menyematkan musik dan geliter graphic berformat gif menggunakan kode-kode yang ditempelkan di backendnya.

Selain itu, Photoshop merupakan software keren untuk mengolah gambar yang saya pelajari secara otodidak. Saya cukup tertarik karena agar foto yang saya hasilkan dari kamera handphone beresolusi VGA atau paling banter 1.3-2 megapixel bisa terlihat lebih keren, berwarna hingga belajar bagaimana caranya untuk mengganti background. Dizaman itu sudah terlihat keren, walaupun sebenarnya jika dilihat kembali sekarang di 2023 kita semua pernah mengalami zaman alay.

Indahnya bersosial media di era Friendster, karena kita murni menjaring pertemanan mulai dari mengirim testimonial dan comment, perang geliter gif animasi dan kata-kata mutiara. Belum ada haters  atau komentar netizen yang kelewat batas seperti sekarang. Belum ada juga penggunaan sosial media untuk endorse ataupun promosi melalui influencer seperti sekarang. Meskipun  Display Ads seperti banner sudah ada, namun kehadirannya tidak terlalu masif dan tidak terlalu mengganggu saat kita berselancar di internet.

Saat pelajaran jaringan di kelas 3 SMA, saya juga sangat senang karena langsung praktek mengenai topologi menggunakan kabel UTP, RG 45, tang kliping dan testernya yang bisa berkedip-kedip untuk memastikan kabel tersebut sudah benar dan berfungsi dengan baik.

Saat beralih dari internet DialUp ke internet kabel unlimited dirumah. Saya merupakan orang yang cukup antusias mencari tahu bagaimana caranya. Agar internet dirumah saya yang hanya menggunakan modem  dan kabel untuk satu unit komputer atau laptop, jadi bisa terhubung ke beberapa perangkat menggunakan router wifi seperti di cafe-cafe. 

Maklum saat itu sudah era 2010-2011, dimana saya berpikir harusnya internet sudah bisa terkoneksi tanpa kabel dan bisa leluasa bermain internet dari mana saja di dalam rumah. Akhirnya sayapun membeli router dan memasangnya sendiri dengan tutorial yang saya baca-baca di forum internet. Saat laptop, tablet dan hp Blackberry sudah bisa terkoneksi dengan wifi yang berhasil saya seting rasanya ada kepuasan tersendiri. 

Setelah lama menggunakan jaringan kabel coaxial milik salah satu provider, akhirnya sekitar tahun 2015-2016 saya mencoba jaringan terbaru milik provider lain yang sudah menggunakan fiber optic. 

Saat itu merasakan sendiri kalau fiber optic memiliki kecepatan yang lebih mempuni. Jika dulu internet kabel coaxial di bawah tahun 2010 hanya berkecepatan 512kbps hingga 1Mbps. Maka di tahun 2015-2016 itu provider internet dengan jaringan Fiber Optic  di rumah saya sudah bisa mencapai  start di 10Mbps bahkan up to 50Mbps.

Tantangan Konektivitas Internet di Indonesia.
source: apkomindo

Awal jaringan 4G di smartphone juga sudah masuk ke Indonesia beberapa tahun silam, sekitar tahun 2014. Saya juga merasakan perbedaan kecepatan jaringan 3G dan 4G. Bahkan ketika traveling ke Danau Toba semua jaringan provider teman-teman saya untuk terkoneksi dengan internet dan media sosial sangat sulit tetapi jaringan dari provider yang sudah menggukan 4G LTE tetap stabil dan kita semua tatering ke-1 teman tersebut yang sudah menggunakan modem 4G yang bisa dibawa kemana-mana itu.

Ditahun-tahun peralihan dari 3G ke 4G, saya merasakan betul lokasi menentukan prestasi. Dimana tidak semua provider internet bisa digunakan stabil apalagi saya yang berlokasi kerja di lantai 18 dan 31. Sayapun mencari-cari provider apa yang cocok, hingga saya memiliki lebih dari 1 provider untuk beberapa perangkat seperti smartphone 1, smartphone 2, tablet dan juga modem portable. 

Apalagi  untuk pekerjaan saya saat itu, juga membutuhkan kecepatan data untuk update berita di website, mengirim email, hingga live twit untuk acara-acara client yang lokasinya berbeda-beda tidak hanya di Jakarta tapi juga di kota-kota lainnya di luar Pulau Jawa.

Saat itu, memiliki lebih dari 1 provider dan gadget  adalah jalan ninja saya agar jika internet yang satu tidak terhubung maka saya masih bisa tatering di hp kedua, tablet atau modem.

 Tak terasa sudah 12 tahun saya berkarir di industri digital, berkat hobi saat kecil bermain internet. Sudah banyak dampak yang saya rasakan. 

Saat pandemi 2021 lalu misalnya,  saya tiba-tiba mendapat kesemapatan untuk mengajar di sebuah universitas swasta sebagai pembicara atau praktisi untuk kelas online yang membahas digital marketing di masa pandemi. Hingga menjadi pembicara untuk program Pemuda di sebuah Desa di Jawa Tengah, hanya melalui internet.

Namun lagi-lagi masalah teknis seperti koneksi memang tidak bisa dihindari. Misalnya saat saya menjadi pembicara untuk program pemuda di sebuah desa di Jawa Tengah. Koneksi internet mereka beberapa kali sempat terputus dan ada latency antara suara dan gambar yang diterima baik saya maupun mereka.

Hal ini tentu saja karena medan dan letak geofrafis Indonesia yang berbeda-beda. Indonesia memiliki tantangan tersendiri untuk masalah infrastruktur dan jangkauan koneksi internet yang cepat dan stabil. Sebab wilayah kita terdiri dari 17000 pulau dengan luas wilayah 1,9 juta km².

Untuk menjawab tantangan infrasturktur dari koneksi internet, yang sudah menjadi kebutuhan masyarakat. Maka internet satelit bisa menjadi solusi seperti di Amerika dan Kanada yang sudah menggunakan teknologi Very High Throughput Satellite.


Mengenal Satelit SATRIA

source: Screencapture Youtube KominfoTV

Satria merupakan Satelit Republik Indonesia merupakan proyek dan upaya Kementrian Komunikasi dan Informatika dalam menjawab tantangan konektivitas internet di berbagai wialayah di Indonesia terutama pada layanan publik. 

Hal ini mencetak sejarah bagi kita, karena Indonesia bisa meluncurkan satelit terbesar di Asia dengan kapasitas 150Gbps, atau enam kali lebih besar dari yang pernah dimiliki oleh kita sebelumnya. Nah, pada 19 Juni 2023 pagi ini pukul 5.00 saya menyaksikan peluncuran Satelit Satria-1 di Chanel Youtube Kominfo TV.

Satelit ini di luncurkan oleh SpaceX, Cape, Canaveral Florida, Amerika Serikat menggunakan Roket Falcon 9 milik Elon Musk, dengan perbedaan waktu di Florida yang masih hari Minggu 18 Juni 2023 sekitar pukul 18.00.

Satelit Satria nantinya akan menuju orbit selama 145 hari  dan pada minggu ke-4 di bulan Desember satelit akan berfungsi, baru kemudian di bulan Januari Satelit Satria akan resmi beroperasi.

Satelit Satria memiliki 11 stasiun bumi yang berada di 11 wilayah diantaranya Cikarang, Batam, Banjarmasin, Pontianak, Tarakan, Kupang, Manado, Ambon, Timika, dan Jayapura. Adapun fungsi dari stasiun bumi ini sebagai terminal komunikasi untuk mengawasi dan mengendalikan satelit agar dapat terkoneksi dengan internet. 

Satelit yang di rakit oleh Thales Alenia Space (TAS) di Prancis ini menggunakan platform SpaceBus NEO. Nantinya dapat menghubungkan 150.000 titik wilayah 3T (Tertinggal, Terdepan, Terluar). Sehingga  dapat memberikan kesetaraan infrastruktur akan layanan internet terutama pada layanan publik.


Beberapa layanan publik akan bisa terlayani seperti:

1. Pemerintah Daerah dimana kantor desa/kelurahan, kecamatan dapat saling terkoneksi secara online untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dengan berbasis digital atau elektronik. Seperti yang saya rasakan misalnya dengan adanya layanan KTP Elektronik dengan aplikasi IKD dan datang ke kelurhan kita bisa mendapatkannya dengan mudah dan cepat.

2. Kementrian Pendidikan dimana akan membantu proses belajar mengajar mulai dari SD, SMP, SMA, Madrasah dan Pesantren.  Terutama untuk sekolah-sekolah di daerah terpencil yang memiliki keterbatasan sinyal.

3. Kementrian Kesehatan dimana layanan Rumah Sakit, Puskesmas bisa  memiliki akses data yang cepat dan terintegrasi.

4. TNI dan Polri Satelit Satria dapat membantu pemenuhan kebutuhan administrasi dan keamanan data yang dapat diandalkan.

Dengan melayani akses internet di 150.000 titik berkat Satelit Satria, saya berharap dapat mewujudkan Indonesia Terkoneksi untuk mengejar ketinggalan sekaligus pemerataan digitalisasi di daerah-daerah tertinggal.


#Riza Firli /Jakarta, 19 Maret 2023.

Comments

  1. mantap nih, go indonesia go.... untuk internet yang lebih baik lagi...

    ReplyDelete
    Replies
    1. ia semoga semuanya berjalan dengan baik ,di januari tahun depan sudah bisa beroperasi

      Delete
  2. Keren ya sejauh ini indonesia

    ReplyDelete
    Replies
    1. ia kak harus demi mengejar ketinggalan kita , dan pemerataan infrastruktur internet terutama di lokasi 3T

      Delete
  3. Ohhh jadi resmi operasinya masih Januari yaa mas. Jadi tahu juga kalo dia butuh 145 hari menuju orbit.

    Semoga deh, setelah ini nantinya konektivitas internet di Indonesia bisa jauuuh lebih lancar ya. Aku pun sama, pake 3 kartu provider Krn tiap mudik ke Medan, Sibolga dan Sorkam sana, bhaaaay lah jaringan dari si kuning dan smrtfren. Makanya mau ga mau harus punya tsel 😂. Itupun ga lancar2 amat jugak. Lah memang lokasinya remote gitu. 😅

    ReplyDelete
    Replies
    1. ia kak Fan. karena butuh proses sekitar 145 hari menuju orbit dan nanti akan bener-bener bisa di gunakan secara resmi di Januari 2024. Amin negeri kita punya internet kenceng yang melayani hingga daerah-daerah terpencil yang tidak terjangkau kabel serat optik

      Delete

Post a Comment