Awas Social Media Bisa Jadi Jahat



Baru-baru ini ada satu hal yang menggelitik buat saya mengenai postingan Marshanda mengenai sosial media itu bisa jadi jebakan dan jahat. 

Hal itu, ketika kita gak sadar saat melihat timeline yang isinya happiness, presrasi, growth dan kesempuraan yang terus menerus dan konsiten.

Padahal, teman-teman kita yang memposting kesempurnaan tersebut. Juga memiliki ketidak sempurnaan yang banyak. 

Mereka juga punya masalah, mereka juga pernah sedih. Dan yang seperti itu memang tidak perlu di share. Namun jika konteksnya dengan cara berbeda, dengan tujuan memotivasi itu baru baik untuk di share.

Yang kita lihat di time line teman-teman kita di social media. Mungkin itu hanya separuh dari kehidupan mereka bahkan mungkin hanya 10% dari kehidupan mereka.

Naturnya manusia itu pasti bisa sedih, bisa nangis, bisa kecewa dan lainnya. Bahkan, mungkin saat mereka memposting content di social media. Mereka itu lagi sedih dan punya masalah yang besar. 

Buat saya sendiri social media adalah bank foto, tempat saya menyimpan foto. Ibarat hardisk digital (cloud) yang ada di dunia maya. 

Jadi tidak pernah ada maksud untuk share yang bagaimana-bagaimana. 

Dan awalnya membuat instagram karena hobi fotografi. Sehingga instagram sebagai wadah untuk nge-share hasil foto atau moment. Walaupun saat ini instagram digunakan orang-orang untuk share kehedonan, gaya hidup hingga kegiatan marketing.


Comments