Membaca Buku Itu Bisa Lebih Seru Daripada Menonton

Menulis itu penting begitu juga dengan membaca. Sejujurnya di banding menonton saya lebih suka membaca buku seperti novel dan karya biografi dimana ada bermain dengan imajinasi itu lebih seru.

Misalnya ketika saya membaca buku Harry Potter saat kelas 6SD dimana permainan Quiditch atau sapu terbang menjadi sebuah pertandingan. Disitu saya membayangkan permainannya sangat seru walaupun belum tahu seperti apa.

Saat membaca buku Ghosh Bump saat kelas 4sd yang berjudul "ding dong ding matilahkau", buku tersebut memiliki alur cerita yang berbeda-beda bagi setiap pembaca. Karena dibagian bawah ada petunjuk atau pilihan lanjutan halaman jika memilih A kamu buka halaman 12 jika memilh B kamu buka halaman 21 misalnya. Jadi setiap ending cerita para membaca akan mendapatkan hasil yang berbeda-beda.

Jauh sebelumnya, saya sudah membaca novel orang dewasa/remaja yaitu Putri Huanzhu yang berjudul di Ujung Nestapa yang saya beli di Gramedia saat 3-4Sd.

Kebiasaan membaca saya pun berlanjut saat SMP dimana sekolah saya memiliki perpustakaan yang sangat nyaman karena memiliki 2-3 pendingin udara.

Saat SMA saya lebih senang ke Perpumda DKI karena memiliki banyak koleksi buku, dan banyak buku referensi untuk tugas. Bahkan saat kuliahhingga sudah bekerja saya masih sering meminjam buku hingga sekitar 2016-2017.

Seru memang kegiatan membaca buku, namun kita memang harus meluangkan waktu untuk membacanya. Biasanya bisa dicicil 1-2 jam sehari sehingga 1 minggu bisa menghabiskan target membaca 1 novel. 

2 tahun terakhir ini rasanya saya jarang membaca buku fisik. Ada beberapa buku yang saya baca melalui digital. Ya kadang memang tidak seenak membaca buku fisik namun dari sisi kepraktisan sangat memudahkan.

Oh ya, keluarga saya mulai dari kakak dan adik saya juga hobi membaca buku. Jadi mungkin karena lingkungan juga. Terutama adik saya yang masih kuliah semester akhir rajin membeli buku secara online dan bercita-cita punya perpustakaan mini sendiri.

2 tahun yang lalu pada era pandemi 2020, saya dan kakak menyumbangkan semua komik dan novel-novel yang kami koleksi sejak SMP. Hal itu karena sudah terlalu lama tersimpan dan hal tersebut dilakukan setelah membaca buku bebenah ala Jepang metode Konmari.

Untuk novel-novel yang agak baru dan bagus. Saya menguploadnya ke instagram dan memberikan ke teman secara gratis termasuk ongkos kirimnya. Karena waktu itu saya masih memiliki saldo paxel dari kode refferal yang cukup banyak. 

Dan Kami berharap buku tersebut bermanfaat untuk pemilik selanjutnya. Beberapa buku juga kami sumbangkan untuk taman bacaan anak-anak. Adik sayapun tergabung dalam organisasi yang memiliki kegiatan meningkatkan literasi anak-anak.

Ketika memberikan banyak buku, ternyata tak butuh waktu lama dari rak atas yang kosong di rumah untuk terisi kembali. Karena 2 tahun terakhir adik saya sering membeli buku fisik secara online.

Adik saya yang merupakan mahasiswa jurusan hubungan internasional. Banyak buku yang ia koleksi berhungan dengan HI, filsafat, sejarah, budaya, agama dan politik Indonesia maupun Luar.

Jauh berbeda memang bacaannya cukup berat. Namun ada beberapa buku yang terlihat cukup menarik. 

Kebiasaan membaca memang sangat bagus, dan saya merasa jadi tidak membuang waktu sia-sia. 

Jika kita tidak punya waktu, kita bisa membaca artikel long form. Biasanya saya membaca artikel di Vice, Tirto, atau membaca artikel dari para blogger. 

Comments