Rhenald Kasali: Flexing, Kaya Kok di Pamer-pamerin !
Beberapa waktu lalu saya menonton Youtube nya Prof. Rhenald Kasali, beliau membahas sebuah fenomena yang sedang booming di media sosial yaitu flexing.
Menurut Cambridge dictionary, seperti yang dilansir dari kompas.com disebutkan "Flexing adalah menunjukan sesuatu yang dimiliki atau diraih tetapi dengan cara yang dianggap oleh orang lain tidak menyenangkan. Sedangkan menurut kamus Merriam-Webster, Flexing adalah memamerkan sesuatu yang dimiliki secara mencolok"
Topik ini juga pernah dibahas oleh Profesor saat ia menjadi asisten pengajar di universitas Illinois Amerika "Orang-orang yang benar-benar kaya itu biasanya tidak berisik" karena mereka malu membicarakan kekayaan.
Jika jika orang masih melihat label harga dan mempermasalahkannya berarti ia belum benar-benar kaya. Orang kaya akan diam-diam saja karena semakin kaya mereka semakin sederhana bahkan salah satu konglomeran dan salah satu orang terkaya di dunia menggunakan pesawat kelas ekonomi dan ia membayarkan semua orang yang makan di restoran yang sama.
Sependapat dengan sang profesor, melihat fenomena flexing ini menurut saya salah satu cara marketing agar masyarakat percaya terhadap suatu bisnis yang dijalankan oleh seseorang.
Anniesa Hasibuan pada peragaan pertamanya di New York Fashion Week, September 2016 lalu. lev radin / Shutterstock via : lokadata |
Contohnya seperti kasus Annisa Hasibuan yang menjalankan bisnis ibadah umroh dan haji First Travel. Ia memamerkan kesuksesannya dengan barang-barang mewah, liburan ke Paris hingga mengikuti New York Fashion Week yang menhabiskan dana yang tidak sedikit. Tercatat menurut sejarah fashion, Annisa lah designer pertama yang bisa membawa pakaian muslim dapat ditampilkan di New York Fashion Week.
Tak jauh-jauh sebelumnya flexing juga sering digunakan oleh sales marketing dari perusahaan multi level marketing, asuransi dan lain sebagainya.
A Gilang Widya Pramana saat memberikan uang dolar pada pengamen dalam jet pribadi miliknya via: TimesIndonesia |
Fenomena yang sedang heboh saat ini adalah, cara marketing flexing yang sedang banyak digunakan oleh owner dari perusahaan kosmetik sebut saja MS Glow perusahaan yang berdiri sejak 2013 tersebut dimiliki oleh Kadek Maharani dan Shandy Purnama Sari. Dimana ia selalu di sorot dengan barang-barang mewah, rumah, koleksi mobil hingga membeli pesawat jet pribadi.
Selain itu, perusahaan kosmetik lokal lainnya yang juga menggunakan cara marketing serupa seperti owner dari Kedas Beauty dan KLT by Gladys.
via: instagram |
via : youtube |
Bikin Gigit Jari! Sisca Kohl Punya Mesin Mainan Capit Uang, Tertarik Coba? via: minews |
Fenomena flexing yang lebih mencolok terjadi di aplikasi video Tiktok yang dilakukan oleh dua adik kakak yaitu Sisca dan Alia Kohl.
Sisca banyak sekali memainkan gimik kekayaan yang tidak lazim seperti membeli nasi goreng dan boba dengan harga ratusan juta. Hingga memiliki mainan boneka capit yang diisi uang gepokan seratus ribuan dan tentu saja video-video yang di unggahnya memancing coment lucu dari para netizen.
Dalam dunia marketing di sosial media menurut saya, flexing ini adalah cara termudah untuk menarik perhatian. Apalagi orang Indonesia senang mendengar cerita from zero to hero yang dari miskin jadi kaya raya dan terlihat secara mudah hanya berjualan kosmetik.
Coba, rang-orang paling kaya di dunia seperti pemilik facebook Mark Zukerberk. Tidak pernah melakukan hal-hal flexing seperti itu, mereka cendrung memiliki sikap sangat sederhana bahkan tidak mau publikasi kekayaannya. Lebih menjaga privasi.
So...udah terlalu banyak konten di internet bertebaran. Maka kontrolnya ada dikita sendirilah yang harus meilah-milah mana konten yang layak untuk kita konsumsi mana yang tidak. Mana yang boleh kita percaya, mana yang tidak.
Biasakan untuk selalu kroscek konten baik itu berita, artikel, video yang kita dapat di internet. Jadikanlah sebagai referensi jika memang berguna dan jadikan hiburan jika itu konten itu ternyata flexing, hoax ataupun klik byte.
Intinya berpikirlah secara jernih, dan jangan terlalu serius apalagi terbawa emosi dalam mengonsumsi sebuah konten. Anggap saja konten yang tersebar di media sosial itu hiburan untuk kita bersenang-senang dari padatnya rutinitas.
Setujuuuu 👍. Konten2 flexing gitu aku ga pernah suka. Geli malah liat kenorakannya 🤣🤣. Dulu pas msh kerja di bank asing, nasabahku, trutama yg prioritas kliatann bangettt mana yg OKL, mana yg OKB 😅. OKL selalu DTG dengan penampilan sederhana, tingkahnya sopan bangetttt, tapi jangan tanya uangnya di rekening 😄.
ReplyDeleteBeda Ama nasabahku yg OKB, gaya heboh, suka marah ga jelas seolah terkaya sedunia, dikenain charge transfer bank ke LN yg 0.025% dari jumlah dikirim, langsung ngamuk seolah semua uangnya diambil 🤣🤣🤣🤣. Sono bikin bank sendiri kalo ga mau dikenain charge. Paling benci kalo udah bawa2 kalimat "call your manager". Atau "CEO kalian itu teman baik saya". Trus napeeee...
Kalo flexing dari influencer ini, aku malas liatnya. Ga ada faedah 😅😄. Tapi paling benciiii kalo ada iklan dari mereka yg berkaitan Ama investasi ilegal dan bilangnya legal trus pake bujukan maut supaya followersnya mau. Memang siiih yg mau ikutan juga salah, karena mau invest kok ya ga riset dulu.
Tapi sebagai influencer, udah tahu followersnya banyak dan mungkin ga semua melek ttg investasi, jangan malah dijerumusin juga. Pake bilang kekayaan mereka asalnya dari situ 🤣. Bullshit banget 🤣..
Saya nggak suka liat pameran kekayaan, kesannya norak banget. Perlu gitu ya orang tau dia kaya? Apa mau ngundang maling...entahlah.
ReplyDeleteia banget, kan demi content ..flexing emang gitu dah eh taunya yg crazy rich indra kenz di penjara..kasian amat di miskin kan
DeleteNggak pernah suka sih dengan konten flexing gitu. Terkesan norak. Meski itu hanya konten, tapi kan reaksi setiap orang berbeda-beda. Sebenarnya kasian juga ya si pelaku flexing ini berbeda dengan keadaan yang sebenarnya
ReplyDelete