Menjadi Spesialis yang Generalis dan Ujung-ujungnya Komersialis!

Hai kawan blogger, kalau ditanya apa sih tujuan hidup kamu?

Menjadi orang sukses, menjadi orang kaya raya, bebas financial atau menjadi orang yang bahagia ?

Semua itu bisa kamu peroleh dengan ketekunan, kerja keras dan doa apapun profesi yang sedang kamu kerjakan hari ini.

Ngomong-ngomong soal profesi, kemarin di Linkedin saya melihat video yang berjudul Galau: Karir Generalis vs Spesialis? 

Yakni sebuah video podcast yang dibawakan oleh Fallexandro Ruby dia merupakan seorang pengusaha dan content creator.

Berikut videonya:


Setelah menonton video tersebut, saya menjadi banyak inside dalam melihat perjalanan karir saya sendiri. Jika ditarik kebelakang saya memulai karir pada 2011 dan hingga saat ini pekerjaan yang saya kerjakan masih berhubungan dengan content creator meskipun perusahaannya berbeda-beda mulai dari e-commerce, fotografi, fintech, media, hingga brand elektronik.

Ketertarikan dengan dunia content digital, memang sudah saya sukai dari 2004-2005 dimana saat itu adalah zaman friendster. 

Bibit-bibit digital saat masih remaja sudah terlihat, mulai dari bikin tugas makalah karya tulis dan karya ilmiah saya merupakan orang yang paling cepat mengerjakannya. Bahkan makalah saya menjadi contoh untuk kelas-kelas lain dan itu saya buat sendiri.

Waktu SMA saya habiskan banyak waktu di dunia maya, social media, chating, hingga membaca banyak content di internet.

Ditambah tugas SMA saya waktu itu adalah mencatat berita, merangkum berita yang ada di televisi. Dan itu saya lakukan dengan sangat senang dan tanpa beban. Bahkan saya sampai merekamnya terlebih dahulu di handphone. Agar jika ada yang ketinggalan saya play back pada part yang saya rasa kurang.

Selain itu, fotografi juga hal yang saya senangi meskipun dulu saya hanya menggunakan kamera hp dan kamera pocket. Kemudian saya akan mengeditnya hingga berjam-jam di software editing di laptop.

Kesenangan dengan sosial media pun semakin bertambah sejak adanya facebook, twitter kemudian sekarang instagram. 

Tak heran, pekerjaan pertama saya adalah sebagai seorang social media specialist di sebuah perusahaan photography mulai dari penjualan alat, kursus, rental, gallery lengkap ada di perusahaan photography tersebut. 

Menjalani karir di dunia social media, memang tidak terbayang setelah lulus , tapi karena Social Media hal yang saya bisa dan sudah mendarah daging sejak SMA 2004.

Ya, gak kerasa sih..!

 Social media banyak sekali dampaknya. Untung orang tua saya adalah orang yang demokratis bahkan mendukung. Waktu saya SMA, bermain internet hingga larut malam saat hari libur sangat di perbolehkan.

Gara-gara sering main social media sejak dibangku sekolah, ya udah otomatis saya selalu bikin content, content dan content ditambah lagi memiliki blog pribadi sejak 2008.

Ketika menjadi seorang penulis di media online, sosial media pun sangat berperan penting apalagi twitter semua update kita tahu sangat cepat. 

Lalu, menjalani 9 tahun  karir di dunia content creator apakah ada titik jenuh? 

Titik jenuh pasti ada, tapi selalu ada content yang baru di dunia maya setiap hari apalagi pengguna internet semakin bertambah. Indonesia pun hampir semua pengguna internetnya aktif bersosial media.

Platform Social Media, yang saya tidak terlalu tertarik adalah TikTok karena kontennya cuma joget-joget dan drama, bukan value dari saya. Meski demikian saya tetap senang melihat-lihat contentnya sesekali dan setelah 2020 kesini, content Tiktok semakin high quality karena banyak genre.

Oh, ya kembali ke video Ruby tadi. Kalau ditanya spesialis atau generalis?

Ternyata saya adalah orang yang tanpa sadar sudah menjadi spesialis dibidang content. Walaupun platform dan perusahaannya berbeda-beda.

Namun buat kalian yang menjadi seorang generalis, janganlah takut selagi kamu masih muda dan belum berkeluarga. Karena dari generalis kita akan bisa banyak belajar dan menemukan passion kita.

Saya pun specialist content yang general, semua genre saya babat mulai dari  fashion, food, lifestyle, keuangan, bisnis, internet, inspirasi, marketing, hingga film, sampai content bola dan otomotif pun pernah saya buat meskipun tidak terlalu saya kuasai.

Setelah dipikir-pikir lagi, berarti saya adalah specialist content generalis yang berhubungan dengan lifestyle yang ujung-ujungnya adalah untuk kebutuhan content  komersial atau content marketing.

Jika di media atau agency berarti saya secara gak langsung adalah ujung tombak perusahaan karena buah pikiran yang saya tulis itulah yang mereka jual untuk menghasikan uang untuk hidup seluruh karyawan. 

Meskipun dalam prakteknya, seluruh karyawan tetap berkontribusi. Beda halnya jika saya bekerja di brand atau e-commerce, dunia content hanya menjadi pendukung karena bisnis mereka yang utama bukan berjualan content.

Lalu enak mana agency, media atau brand ? 

Menurut saya pribadi dunia agency, media, periklanan adalah industri yang creative dimana orang-orang di dalamnya bekerja sepenuh hati. Otomatis persaingannya adalah persaingan sehat untuk terus maju dan berkarya, merangkul bersama-sama.

Jika di brand, tidak semua brand memiliki divisi creative yang diisi dengan anak-anak muda yang  memiliki ide-ide briliant.

Tapi kalau perusahaan (brand) yang diisi bekas anak-anak agency, media, PH itu berbeda cerita seperti saat saya bekerja di startup perusahaan fintech. Suasana kerjanya akan memiliki energi dan fun karena satu tim berasal dari industri creative.

Comments