Literasi Indonesia Sangat Memprihatinkan, Ini 5 Cara Menyenangkan Agar Hobi Membaca

via : klikdokter

Literasi merupakan hal yang masih perlu di benahi oleh negara kita, Indonesia. Sebab tingkat literasi Indonesia masih jauh tertinggal. Bedasarkan data UNESCO, Indonesia merupakan negara urutan kedua dari bawah soal literasi dunia. 

Minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001% yang berarti setiap 1000 orang hanya ada 1 orang yang rajin membaca.

Padahal dengan membaca, kita menjadi lebih banyak tahu. Lebih banyak ilmu yang di dapat serta banyak sekali manfaatnya baik secara langsung mapun tidak.

Lalu apa sih yang membuat masyarakat kita malas membaca ? Kadang saya terheran kenapa masyarakat kita tidak suka membaca. Tetapi lebih senang menonton baik itu acara televisi, youtube hingga video pendek seperti Tiktok dan Instagram Reels.

Saya juga orang yang kurang minat dengan membaca saat sekolah dasar. Namun ada beberapa hal berikut ini yang bisa memicu saya membuat ketagihan membaca hingga sekarang :

1. Menemukan buku bacaan dengan niche yang sesuai

Dahulu di lingkungan rumah saya selalu berlangganan majalah baik itu majalah bobo, tabloid fantasi hingga lainnya. Nah, banyak bacaan disana yang mengulas film dan serial televisi sehingga saya semakin semangat untuk membaca dan mencari tahu lebih dalam.

Beda halnya dengan majalah donald bebek yang  sering dibeli oleh kakak saya dan majalah tersebut kurang saya sukai, maka majalah donald bebek tidak pernah saya baca.

Jadi untuk menumbuhkan minat baca, saya harus mencari bacaan yang sesuai dan saya sukai.

2. Membaca Novel 

Seingat saya, novel pertama yang saya baca saat duduk di kelas 3 SD yakni Gosh Bumb yang berjudul ding dong ding matilah kau. Kemudian novel yang saya juga beli adalah  Puteri Huan Zhu dimana dulu saya menonton serialnya di Indosiar. Bahkan saat menonton, saya bisa membuka kembali dan mensigkronkan kata-kata yang terucap di TV dengan sama yang ada di buku,

Novel lainnya, saat sekolah dasar saat itu sedang populer Harry Potter dan saya pun sudah membaca ke-7 buku Harry Potter hingga kuliah. Selain itu, koleksi novel dan komik milik kakak saya juga cukup banyak sehingga saat iseng pasti saya membacanya satu persatu untuk mengisi waktu dan haus akan membaca yang lama kelamaan menjadi sebuah kebiasaan.

3. Perpustakaan nyaman dan Ber-AC saat Sekolah Menengah Pertama

Ketika memasuki sekolah menengah pertama, perpustakaan adalah tempat yang saya dan teman-teman saya sukai. Karena disana berisi majalah, komik, koran, novel dan buku cerita. Untuk koran pasti kami selalu melihat bagian iklan hp dan hal-hal yang berbau dengan teknologi. 

Jika membaca majalah kami selalu membuka majalah remaja seperti HAI, GADIS, dimana beberapa anak di sekolah kami setiap tahun pasti ada yang menjadi semi finalis hingga finalis Gadis Sampul.

Selain itu perpustakaan adalah tempat yang asyik untuk mengerjakan pekerjaan rumah atau PR. Sebenarnya PR tidak boleh dikerjakan di perpustakaan. Tetapi pekerjaan seperti merangkum isi buku atau mencatat sumber-sumber masih diperbolehkan dan itu sangat menyenangkan karena ada banyak sumber pelajaran yang tidak ada di buku utama kita.

Ketika menemukan tempat membaca yang nyaman maka saya menjadi lebih giat ke perpustakaan untuk membaca.

4. Perpustakaan Umum Daerah DKI Jakarta - Gedung Nyi Ageng Serang Kuningan

Nah, ini dia yang memicu saya lebih banyak membaca yaitu Perpustakaan Umum Daerah atau Perpumda DKI. Dimana saya seperti menemukan harta karun tersembunyi dimana cukup banyak buku-buku yang menarik mulai dari fiksi, gaya hidup, kesehatan, biografi, bahkan komik dan majalahnya juga cukup lengkap. Bahkan di Perpumda koleksi majalah handphone juga banyak dan juga tertata dengan rapih.

Selain itu, Perpustakaan Daerah ini tempat dimana saya mengerjakan PR makalah, tugas kuliah hingga skripsi. Bahkan saya jarang membeli buku kuliah karena semuanya bisa di pinjam di perpustakaan dan GRATIS.

5. Menantang Diri Sendiri Untuk Menjadi Penulis

Ketika minat baca sudah terpupuk sejak dini, dan semakin bertambah dewasa semakin banyak pula buku-buku yang saya baca seperti buku biografi dimana gaya bahasanya sangat bercerita, naratif sehingga saya semakin terinspirasi untuk bisa menjadi seorang penulis, jurnalis atau orang yang bekerja di media. 

Singkat cerita di 2014-2018, tantangan diri saya pun terwujud. Saya menjadi penulis konten di media hingga situs perbankan untuk inspirasi bisnis, advetorial, gaya hidup dan topik-topik lainnya yang juga saya senangi sambil mengasah kemampuan fotografi di setiap liputan.

Sekarang dengan keberadaan media online, buku dan majalah digital saya lebih senang membaca di layar handphone karena lebih praktis. Meskipun sesekali saya sering meminjam koleksi buku adik saya yang sudah mulai full 8 rak.

Membaca itu bisa menyenangkan asalakan kita mendapatkan bacaan yang tepat dan akan ketagihan ketika sudah menemukan keasyikannya.

Comments

  1. Setujuuu mas. Dulu aku dibiasain utk mencintai buku Ama papa, bahkan sejak kami masih bayi. Awalnya dibacain cerita, trus tiap papa bisnis trip ke LN dibeliin buku cerita anak bergambar yg lucu dan menarik. Lama2 kami pasti suka. Sampe akhirnya bisa baca sendiri, trus tiap bulan dapat jatah boleh beli buku Ama papa. Ultah malah kadonya boleh beli buku sebanyak apapun asal kami kuat bawa keranjangnya 😂. Akhirnya aku dan adek sengaja taro kernajng di bawah, trus kami pilih sebanyak mungkin dan keranjangnya kami dorong di lantai 🤣.

    Itu kado ultah tiap THN yg paling kami tunggu. Jadi intinya harus buku yg menarik dulu, baru kemudian bisa muncul perasaan suka utk membaca 😁

    ReplyDelete

Post a Comment