Influencer Marketing Apakah Bisa Menjadi Conversion?


Jika ada yang bertanya, apakah influencer marketing bisa menjadi conversion? Saya akan menjawab "Bisa" tapi tidak akan langsung balik modal. 

Pernah suatu ketika saat itu, perusahaan lama saya membayar seleb untuk 1 posting dan 2 stories seharga Rp 17juta untuk yang mempromosikan kode voucher belanja. Yang reedem voucher tersebut hanya dapat dihitung dengan jari.

Namun pernah suatu ketika perusahaan lama saya membayar 1 postingan dan 1 story seorang public figure/mega influencer seharga Rp 120 juta (mega influencer pertama), 65 juta (mega influencer kedua), 20 juta (mikro influencer).

Dimana di waktu yang sama, ada promo di marketplace, giveaway dan promo offline store yang terdapat di berbagai kota besar di pulau Jawa & Bali. Sayang pada awal campaign untuk penjualan nyatanya belum seberapa signifikan. 

Pada campaign selanjutnya, kami memilih mega influencer kedua yang 65 juta kembali. Karena memiliki reach impression yang nyaris sama dengan harga yang lebih murah. Sehingga pikir saya, itu adalah yang cukup efektif baik dari result dan harganya.

Strategi lanjutan yang saya gunakan habis itu adalah, konten video IGTV dan Youtube dari si mega influencer. Dimana pada konten Youtube ada link promo pembelian di marketplace. Pada saat yang sama saat campaign berjalan, juga diadakan campaign sosial (CSR) kegiatan offline kebeberapa rumah sakit, kantor Pemerintahanan, Yayasan.

Kami juga menggunakan media  liputan Televisi, content advetorial di beberapa media online yang cukup mainstream, Ulasan Blogger yang di iklannya dengan Google Ads, Fb Ads, komunitas, berita press realese, media luar ruang yaitu lift ads (Statis) di apartement dan beberapa titik.

Yang belum dilakukan adalah iklan TVC, dimana produk rumah tangga khususnya untuk menggaet pangsa pasar di daerah. Televisi adalah media yang masih cukup efektif namun harganya cukup mahal. Bila dibanding memasang Youtube Ads.

Merek yang sudah masuk televisi, biasanya akan lebih melekat lagi di hati konsumen dan calon konsumen. Bahkan, meningkatkan awareness masyarakat.

Meski demikian, kabar baiknya kegiatan campaign 360 yang pernah saya jalankan  berhasil meningkatkan jumlah penjualan produk 80% karena terbantu juga oleh client corporate seperti perkantoran, pabrik, rumah sakit dan lainnya yang  membeli dalam jumlah lebih banyak.

Kesimpulannya campaign memang harus dilakukan terus menerus atau berkelanjutan. Mengombinasikan cara, media atau platform. 

Sehingga ketika dilakukan secara masif, awareness dan trust  akan terbangun atau meningkat. Dimana efeknya  nanti dapat mempengaruhi angka penjualan jika memang produknya cukup berkualitas dan dibutuhkan oleh masyarakat.

Comments