Ketika Pandemi Waktu Serasa Cepat? Ini yang Harus Kamu Renungkan

Umur terus bertambah, waktu terus berjalan dan pernah gak sih kamu ngerasa kalau rasanya waktu itu cepet banget? 

Apalagi masa pandemi sejak Februari 2020 rasanya kok belum juga usai di April 2022 ?

Ya, sebenarnya tidak ada waktu yang terbuang percuma selama kita masih mengerjakan sesuatu yang bermanfaat. Entah itu bekerja di perusahaan, berjualan online, menjadi freelancer, atau menjadi volunteer yang tidak digaji sekalipun.

Yang harus kita ingat, kita masih diberikan nafas hidup dan itu berarti rencana Tuhan untuk hidup kita belum selesai.

Kesuksesan seseorang, jangan kita lihat hanya dari tampilan luar semata seperti mobil yang bagus, rumah yang mewah, dan harta berlimpah. Tetapi seberapa happy sih mereka terhadap hidup dan menjalani pekerjaannya?

Memang uang itu penting, karena tanpa uang kita tidak bisa membeli dan membayar kebutuhan hidup. Tetapi jika hidup sudah terpenuhi dan cukup, kebahagiaannya pasti sudah tidak lagi dari materi semata. Tetapi seberapa berpengaruh dirinya terhadap kesejahteraan orang-orang disekitarnya.

Pandangan saya saat usia 32 mengenai kesuksesana adalah mereka yang bisa memberi kebahagiaan dengan orang-orang sekitarnya. Misalnya pemilik perusahaan bisa mensejahterakan karyawannya bukan hanya cukup untuk makan dan kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, papan. Tetapi, harus lebih dari itu seperti work life balance hingga karyawan bisa hidup tenang di usia tua setelah tidak lagi bekerja.

Hidup ini juga sementara, hari gini siapa sih yang bisa hidup sampai 100 tahun? Mungkin 80 tahun masih sehat dan masih bisa berkarya itu sudah BONUS.

Umur, rezeki, jodoh dan maut sejatinya sudah di gariskan sebelum kita terlahir ke dunia. Namun perbedaanya kitalah pemeran utamanya, mau memilih jalan yang seperti apa.

Saat kita terlahir ke dunia kita memang tidak bisa memilih lahir dari keluarga seperti apa? Lingkungan seperti apa? Bahasa seperti apa, warna rambut dan kulit seperti apa? Tapi dalam perjalanannya kita sendirilah yang dapat memainkan perannya seperti apa.

Semuanya kalau mau? bisa kita ubah. Seperti warna rambut bisa di cat, bahasa asing bisa dipelajari, fisik bisa dirawat hingga diubah untuk mendapatkan tampilan yang kita percaya lebih sempurna dan sesuai standard yang kita dan lingkungan ciptakan.

Yang kita sering lupa adalah menerima dan berdamai dengan diri sendiri. 

Tidak membandingkan diri kita dengan orang lain. Apalagi membandingkan hidup kita dengan citra kesuksesan, citra standard yang banyak ditampilkan oleh orang-orang di lingkungannya baik online maupun offline.

Ingat standard diri kita, standard orang lain itu berbeda. Apalagi standardnya Tuhan. 

Tinggi, kurus, gemuk, pendek, hitam, putih, sawo matang, kaya, miskin, adalah variabel dari dunia yang tidak mungkin bisa manusia sergamkan semua dengan standard-standard buatannya.

Setiap manusia yang hidup di dunia ini pasti unik dan memiliki potensi yang bisa terus di gali dan dikembangkan. Agar waktu yang berjalan tidak terasa cepat dan sia-sia.

Comments

  1. Intinya jangan iri Ama kesuksesan orang lain ya mas.. apa yg terlihat di depan, blm tentu di belakangnya seperti itu 😄. Aku udah lama sadar kalo sia sia aja envy Ama hidup orang lain yg kita anggab kaya dan sukses. Semakin banyak iri, semakin jauh kita tertinggal. Ga bisa fokus lagi mengejar target2 hidup. Sementara orang yg diiriin, udah semakin jauh kesuksesannya.. dia mah ga ada waktu utk Julid dan nyinyir, yg penting bisnis dan hidupnya selalu on track.

    Aku belajar dari situ. Ga pernah mau peduliin pendapat orang yg cuma bisa kritik tanpa solusi. Itu aku anggab hanya orang iri. 😁

    ReplyDelete
    Replies
    1. ia gak boleh iri-irian sama hidup orang lain.. boleh iri yang positifnya aja misalnya prestasinya..

      Delete

Post a Comment