Belasan Tahun Saya Kecanduan Social Media dan Saya Baik-Baik Aja!


Social Media seperti senapan, atau seperti dua buah mata pisau yang dapat menguntungkan dan juga membahayakan tergantung penggunanya.

Social Media membuat kita saling terhubung, akan tetapi tak jarang mendekatkan yang jauh dan dan menjauhkan yang dekat.

Social Media konon memiliki efek dopamin, kesenangan seperti kita kecanduan alkohol atau narkoba. Dimana dosisnya nanti harus bertambah seiring nanti sudah sering kita mengeluarkan zat tersebut.

Buat saya sendiri sosial media adalah bagian dari pekerjaan yang sudah saya geluti sekitar 10 tahunan. Apakah saya termasuk orang yang kecanduan sosial media? 

Secara tidak langsung, "IYA" karena Sosial Media, Content dan Digital Marketing adalah hal yang saya geluti sejak saya berkarir di 2011 hingga saat ini. Namun kecanduannya, tidak membawa dampak bagi kejiwaan saya seperti murung, depresi ataupun kesepian.

Apapun yang ada di sosial media, saya tahu semua bisa di seting. Namun, ada setingan yang baik, ada setingan yang berlebihan. Setingan yang berlebihan inilah yang membuat kita tidak berpikir secara realistis.

Cara termudah untuk saya tidak kecanduan adalah saya membatasi penggunaan sosial media itu sendiri. Memposting ibaratkan hanya memindahkan foto atau file ke Google drive "cloud" ataupun hardisk eksternal. 

Jadi, yang namanya pindahin foto atau file kedalam hardisk. Saya tidak merasa perlu ada banyak yang like atau komentar. Saya hanya berbaik hati memperbolehkan kalian untuk melihat unggahan foto dan catatan saya.

Sayapun memposting social media secara aktual sehingga apa yang saya temukan di depan mata. Mungkin akan saya foto dan posting. Jika sedang ingin menulis caption saya tulis, jika tidak saya hanya memposting hastag dan judul saja.

Saya tidak pernah memikirkan jumlah like, reach, impression ataupun yang lainnya. Jika ingin lebih banyak yang lihat, sebenarnya saya bisa saja memasukan foto cafe dan makanan yang saya makan ke Google Map untuk di review dan dijangkau pengguna lain lebih banyak. 

Tapi, saya males main Google Map atau Review karena hp saya huawei kan gak ada google nya. 

Buat saya social media hanyalah mainan dan yang namanya mainan itu untuk bersenang-senang. Bukan hal untuk serius. Jika konten yang saya buat bisa viral, ada yang suka ataupun terinspirasi saya merasa senang aja bukan senang banget dan "ya udah".

Kalau dibilang social media untuk pamer, ya saya tidak pernah niat untuk pamer. 

Karena pekerjaan saya biasa meliput kuliner, gaya hidup dan event-event musik, fashion ataupun film. Sehingga tujuan saya dari dulu hanya ingin sharing aja. 

Adapun dulu sering banget bahas  atau posting skincare, karena saya suka pakai skincare dan ingin membagikan pengalaman, iseng-iseng berjualan juga plus suka dapat job review dari perusahaan skincare. Bahkan salah satu job freelance lumayan besar, juga datang dari perusahaan skincare lokal.

Social media buat saya sebagai hiburan, bagian dari pekerjaan, dan membantu pekerjaan saya di dunia digital. Saya tidak memusuhinya dengan puasa, tidak buka sosmed. Tetapi hanya membuka sekedarnya saja jika tidak sedang kerja.

Social Media tidak perlu di scrol dan di cek terus menerus. Namun fitur DM instagram, sering saya gunakan untuk berkomunikasi antar teman pengganti WhatsApp karena WhatsApp saat ini lebih banyak saya gunakan untuk kepentingan pekerjaan. 

Sekarang saya lebih menganggap instagram adalah aplikasi chat yang punya fitur sosial media. Sehingga saya tidak perlu mengecek story atau feed orang lain.

 Jikapun saya sering update, saya hanya menjadikannya sebagai moment yang nanti akan memorable, sebagai pengingat. Karena sekarang archive  story instagram sudah lebih mudah dengan berbentuk calender.

So...Intinya  Jangan pernah terlalu serius dengan sosial media. Jangan pernah merasa sedih karena follower sedikit, jumlah like sedikit. 

Jika sudah banyak, pun tidak membuat kita gimana-gimana juga?

Kecuali kamu adalah perusahaan advertising agency yang punya target viewers dari brand 1 juta views dengan 10.000 comment. hahahaha..

Pokoknya niatin aja kalau bersocial media dengan Sharing is Caring. 

Yang namnya berbagi itu tulus dengan hati dan bikin happy. Fungsi dari Social Media hanyalah sebagai media atau tempatnya saja.

Comments

  1. Ahhhhh sukaaaa Ama mindset nya 👍. Aku juga gitu kok mas. Makanya kadang heran kalo ada yg bilang kecanduan medsos sampe stress segala kalo ga buka.

    Buatku medsos ya utk sarana sharing dan menyimpan foto2 yg aku punya supaya ga ilang. Foto2 travelingku selain disimpan di Flickr, ya aku back up juga di medsos. Supaya kalopun yg di 1 tempat ilang, masih ada pertinggalnya di tempat lain.

    Ga peduli Ama jumlah likes dan followers, Krn aku memang ga cari duit di sini. Murni cuma utk having fun. Justru aku lebih suka kalo yg interaksi temen2 yg aku kenal drpd followers yg ntah siapa mereka 🤣.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bener aku pun sama medsos untuk backup foto biar gak ilang..
      ga peduli sama jumlah likes, follower murni untuk fun tapi kalau ada yang mau endorse atau kasih project ya seneng aja jadinya iklash ngerjainnya..

      Kalau kecanduan tuh mungkin gelisah kalau gak buka sosmed..aku pernah sih gk buka sosmed yaa udah gk kenapa napa..

      Delete
  2. Saat ini aku termasuk yang pakai sosmed buat sharing aja, bahkan jarang banget scroll2 postingan orang hahaha, meskipun di IG buat cari duit juga tapi aku nggak ngoyo, selow aja.

    Aku ga buka sosmed berhari2 juga biasa aja, aku jarang posting juga soalnya hahaha, jadi buka sosmed cuma kalau mau posting doang hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. wah good banget, tidak di kendalikan oleh sosial media ya...

      Delete

Post a Comment