Bahagia itu Sederhana Karena Kalau Rezeki Gak Akan Kemana




Yang membuat semua orang  sering merasa khawatir adalah masalah financial dan kesehatan.

Apakah kamu pernah berpikir, mengapa gembel dan orang gila dijalan bisa hidup? Orang di pedalaman hutan pun bisa hidup tanpa harus memikirkan punya uang yang banyak.

Itu berarti tanpa uang, jika ingin "hidup saja", sebenarnya bisa.

Yang tidak bisa adalah ketika kita mengikuti gaya hidup, apalagi jika gaya hidup yang kita miliki tidak sesuai dengan kemampuan. Itu yang sangat-sangat berbahaya.

Terkadang kita perlu melihat kebawah dan juga melihat keatas. Melihat kebawah, agar kita bersyukur dan melihat keatas agar kita termotivasi dengan kesuksesan orang lain..

Tapi yang sering kita lupa, kita harus bersyukur dengan apa yang tidak dan apa yang belum kita miliki.

"Saya bersyukur tidak memiliki mobil karena di Jakarta macet dan saya bisa menggunakan banyak pilihan public transportation".

Mungkin suatu saat saya akan membeli mobil, jika saya atau keluarga saya butuh. 

Saya sekarang lebih sangat-sangat bersyukur tidak memiliki mobil, karena keluarga saya memiliki parkiran yang menampung belasan mobil tetangga. Ternyata mereka yang punya mobil di Jakarta, belum tentu punya lahan untuk menaruh mobilnya.

Kadang saya berpikir harta dan kehidupan yang kita miliki itu hanya dititipkan, dipinjemkan, sama seperti parkiran yang dititipkan mobil-mobil. Dimana pemilik mobil tersebut bisa mengambil mobil mereka kapan saja.

Rasa iri dengan tetangga atau dengan teman, hampir tidak pernah saya miliki. Apalagi iri dengan barang-barang yang mereka miliki seperti mainan, sepeda, Playstation atau apun saya tidak pernah minta dibelikan juga. 

Yang pernah saya minta hanyalah "Sepatu Roda" karena saat melihat dan mencobanya saya merasa sangat tertarik. Selanjutnya saat musim Sepeda lagi atau saat musim Scooter/Otoped, saya sama sekali tidak menginginkannya.

Saya juga orang yang tidak pernah minta dibelikan mainan, sebab setiap minggu ketika sebelum krisis moneter 1998, orang tua saya sering ajak kami ke fastfood restoran dan mengoleksi mainannya di satu ember besar yang memiliki tutup,  dan ember tersebut dikhususkan untuk tempat mainan saja. 

Sampai saya agak besar, (mungkin sekitar tahun 1999) saya mungkin bosan dan tidak ngeh kemana mainannya di ember besar tersebut. Dan ternyata hilang dengan ember-embernya karena ditaruh di depan rumah. 

Ketika tahu semua mainan hilang (yang mungkin diambil pemulung). Sayapun tidak memikirkannya, hilang ya? Yah, sudah. 

Karena saya menganggap semua itu hanya dibelikan (dititipkan) dan saya tidak bisa menjaga dengan baik titipan tersebut. 

Mungkin dengan pemilik barunya, mainan tersebut lebih bermanfaat. 

Saya merasa kebahagiaan saya waktu kecil bukanlah di benda atau mainannya, tapi kebersamaan dengan teman-teman saat bermain.

Mulai dari bermain ABC lima dasar, main petak umpet, tak benteng, gobak sodor (galaksin), ular naga panjangnya, batu sekolah dan permainan-permainan yang tanpa ada wujud benda mainannya.  Justru itu yang lebih menyenangkan.

Ketika saya kehilangan 2 teman bermain kecil saya saat di tahun 2000an, dan 1 teman kecil saya belum lama ini kira-kira 1,5 tahun lalu (2019).

Rasanya itu lebih sedih, tapi saya mengiklashkan dan mendokannya. Semoga suatu hari nanti kita bisa bertemu dan bermain kembali. 

Aneh rasanya semudah itu saya bisa "ya, udah lah" dengan kehilangan. Terutama kehilangan barang, saya hanya berpikir ya udah "nanti kalau masih rezeki pasti kembali" 

Beberapa benda yang hilang dan bisa kembali antara lain dompet (udah kesekian kali hingga teman heran karena ekspresi kehilangan saya biasa saja), hp nokia 3315 waktu SMP hilang kelas 2 dan kembali saat kelas 3SMP,  Smartphone Android ketinggalan di Grab Car 2x bisa kembali, dan ketika dijambret Smartphone Huawei nova 3i (hadiah dari lomba blog) oleh dua anak bocah pengendara motor tanpa helm di depan Pluit Junction (2020). 

Saya hanya berpikir "ya udah lah" mungkin titipannya tidak genap dua tahun.

Oh ya, ada yang lucu dari pengalaman kehilangan dompet. Karena sampai saat ini saya masih berteman dengan penemu dompetnya. Saat kehilangan dompet (akhir 2018 atau awal 2019) saya pun saat itu tidak panik, tenang, melapor satpam mall dan petugas busway.  

Dan tiba-tiba saat mengecek instagram, si penemu dompet  DM saya di instagram. Ternyata dompet saya  terjatuh di halte Busway Central Park Mall pada Minggu pagi.

Memiliki hati yang benar, tidak iri hati pada sebuah barang atau benda yang teman kita miliki.  Hanya merasa kehidupan dan harta ini adalah hanya dititipkan. Itulah yang membuat saya terlihat lebih bahagia dimata teman-teman saya. 

Dengan tidak iri hati, apalagi saat ini di era digital semua bisa posting kehidupan dan pencapaiannya yang bagus-bagus di instagram. 

Kebahagiaan saya itu, saya ukur dengan hati dan kacamata saya sendiri. Misalnya saat bisa memecahkan ketakutan dan kelemahan yang saya pikirkan atau bisa mengalahkan diri saya sendiri.

Saya bisa merasa bahagia dengan cara serdehana sepeti menulis sambil minum kopi,  ketika bisa menikmati cafe atau restoran baru.

Atau bahkan yang lebih sederhana lagi, ketika hanya duduk sambil menikmati kopi dan ayam goreng setelah lari pagi di Familymart plus mendapatkan cashback karena membayar dengan Shopee Pay.

Itulah contoh kebahagiaan dengan cara yang sangat sederhana versi saya.

Jika kamu merasa rumit untuk bisa bahagia saat ini, ingatlah kembali saat waktu kita kecil. Sesuatu yang membuat kita bahagia  caranya sangat sederhana. 

Mengapa setelah menjadi dewasa, menjadi bahagia harus lebih rumit? 

Kalau  saat ini kita belum memiliki apa yang kita inginkan, mungkin itu belum waktunya dan percaya Tuhan selalu mencukupi apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan.


Ilustrasi: Freepik

Comments

  1. bener mas, dengan ikhlas dan melihat ke bawah kita akan lebih bisa menghargai hidup dan bersyukur
    saya juga bukan tipe oang yg punya pingin mobil dan malah snenag naik transportais umum
    pas ke JKT seneng banget cobain busway MRT bisa hemat banyak meski jalan kaki lumayan
    buat kesehatan juga kan?

    tetap semangat mas

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ia sama-sama Mas Ikrom Zain. Saya suka banget juga naik MRT murah dan cepat bahkan mempersingkat perjalnaan makan siang saya jika ingin ke Pacific Place, Blok M Plaza atau Plaza Indonesia :)

      Delete
  2. dikejar, kadang malah hilang rezekinya....

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bisa jadi.. Tapi ya org yang kejar rezeki dengan cara benar akan mendapatkan hasilnya

      Delete
  3. Kok hangat banget sih hati saya membaca ini.
    Betul banget sebenarnya, hal ini udah terpikirkan ketika saya menikah dan punya anak.
    bertahun-tahun, bisa dibilang kehidupan kami itu masih jauh dari cukup, tapi Alhamdulillah masih bisa makan dan tidur dengan nyaman.
    Bahagia itu sebenarnya sederhana ya, keinginan yang bikin kita menghalangi bahagia masuk

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terimakasih Mba Rey..sharing is caring, :)
      ia bahagia itu sederhana

      Delete

Post a Comment