6 Kesalahan Sales Executive Ketika Menawarkan Produk Digital Atau Advertising ke Sebuah Brand

 

Sebagai mantan marcomm sebuah perusahaan elektronik, terkadang saya terlalu bosan menerima inbox di Linkedin yang isinya spaming, bahkan cendrung hard selling mengenai penawaran iklan atau produk digital yang ditawarkan teman-teman agency ataupun media.


Bagaimana tidak, isi inbox linkedin saya hanya berisi perkenalan dan attacment penawaran atau company profile, paket-paket penawaran produk-produk digital advertising mulai dari SEO, Facebook IG Google Ads, Social Media Maintanance, Cetakan, Billboard atau OOH yang lumayan gencar ditawarkan selama pandemi.


Sebagai mantan orang agency dan juga media, saya pun mengelus dada. Oh begini ya rasanya jadi marcomm sebuah brand yang selalu dikejar-kejar baik lewat email, dm social media, telepon bahkan yang tiba-tiba datang ke kantor tanpa membuat janji. Sedangkan saat itu, saya masih ada meeting internal dan pekerjaan lain.


Serba salah sih memang, cuma kondisi ini agak sedikit membuat saya sangat tidak nyaman. Kok kayaknya mereka lebih mirip sales kartu kredit atau KTA yah? Hard selling banget. Apa sesusah itu jualan ? Dalam hati saya.


Ya, saya gak bisa menyalahkan itu semua. Karena memang sales memiliki target yang harus di capai, jika perusahaan tempat mereka bernaung masih mau tetap menghidupi karyawannya ditengah pandemi.
Belajar dari kesalahan account excecutive atau sales yang selalu menawarkan produk yang terasa hard selling

Akhirnya, saya mencoba memodifikasi cara-cara yang mereka lakukan untuk menawarkan produk digital ke teman brand agar bisa diundang presentasi dan pitching. Hingga akhirnya tim saya bisa deal 2 project video sekaligus di akhir tahun. 

Ditengah pandemi orang-orang sibuk nawarin madu dan produk MLM, saya bisa juga jualan sampai 1M. 

Ditengah pandemi, orang-orang memang banyak yang sibuk mencari tambahan mulai dari jualan makanan, madu, hingga produk MLM. 

Maka saya juga harus bisa jualan dan bahkan tanpa sadar jika ditotal dari penjualan sebelumnya saya sudah mencapai 1 M di tahun 2020 ini.

Saat zoom meeting dan berkenalan dengan brand

https://www.instagram.com/krisvaang/


saat pitching lolos 2 project.


Project di penghujung 2020 "Hadiah Keluarga Terbaik dari realme"

Berikut 6 Kesalahan Account Executive ketika menawarkan produk digital dan iklan ke sebuah brand di tengah pandemi:

1. Spaming di Inbox Linkedin

Ini salah satu cara yang menurut saya agak sedikit bar-bar. Ketika ada seorang sales add saya di Linkedin dan saya approve. Tidak lama kemudian mereka akan mengirimkan pesan yang sudah template berisi perkenalan dan penawaran produk. Kira-kira isi inbox saya sebanyak ratusan hanya berisi penawaran layaknya spam di sebuah email.

Namun, ada juga yang melakukannya lebih smooth menggunakan bahasa sehari-hari, berbasa-basi dahulu layaknya orang chat dan berkenalan. Baru keesokannya menginfokan produk yang mereka miliki dan mengundang meeting via zoom call atau google meeting.

2. Menelepon Seperti Sales Kartu Kredit,  KTA, atau Asuransi

Selain DM atau inbox, para sales atau account executive tak jarang langsung menelepon ke kantor bahkan ke nomor handphone pribadi. Saat saya mengangkat, beberapa sales dari agency, percetakan biasanya sangat to the point atas maksud dan tujuannya.

Mereka seperti sales kartu kredit, KTA atau asuransi yang sedang menawarkan produk melalui telepon ditengah kesibukan kita, bahkan tak jarang saat kita sedang meeting. Kalau sudah begitu males banget bukan?

Jika sudah seperti itu, biasanya saya menyuruh mereka untuk mengirimkan company profile melalui email atau whatsapp untuk saya jadikan database. Dan bila ada kebutuhan nanti akan saya hubungi kembali.

Yang lebih smooth dan nyaman biasanya sales-sales dari media online dari telepon hingga meeting, biasanya mereka lebih bisa berbasa-basi. Bahkan saat meeting langsung biasanya 30-40% akan obrolin produk yang dibawa selebihnya ngobrol biasa selayaknya teman yang sedang bertamu membahas obrolan menarik mulai dari berita hingga gossip ter-up-to-date.

Mungkin ini karena dulu saya juga bekerja di media online cukup lama, jadi sedikit lebih klik lebih nyambung obrolannya. Saya sangat acungi jempol cara mereka bersoan dan menghadapi calon client yang lebih humanis.

3. Langsung Datang ke Kantor Tanpa Janji

Ini yang terkadang agak-agak membuat saya BT. "Mas Riza ada tamu dari sales OOH, ada tamu dari Agency atau vendor B.

Ya, mau tidak mau saya akan menerimanya karena mereka sudah datang. Tapi pernah juga sesekali saya tolak terlebih jika produk yang ditawarkan sedang tidak dibutuhkan saat ini atau dalam waktu dekat.

Mau gimana lagi, saya juga lagi sibuk dengan kerjaan dan deadline yang multi tasking. Jadi benar-benar tidak bisa menerima tamu sama sekali.

Datang ke kantor tanpa janji, rasanya sangat mengejutkan sih!

4. Lempar ke Sales Lain 

Jika saya sudah menolak secara halus atau tidak ada kabar ke sales A , biasanya akan ada sales B (masih dari perusahaan atau agency yang sama) yang akan meng-approach saya kembali. Biasanya ini adalah sales-sales junior yang mendapatkan lemparan dari seniornya. 

Kesalahan mereka adalah meng-aproach dalam waktu dekat, bahkan pernah WA secara bersamaan. Sebagai Marcomm maka saya jawab dong "Kemarin aku sudah di hubungi dan dijelaskan oleh Mba ini atau Mas yang itu. "Lagipula saat ini kami masih berjalan dengan 3 agency berbeda untuk Ads nya".

Ibaratnya, ini sales batu banget ya. Saya udah bilang "campaign masih berjalan" masa lo mau nikung agency sebelah yang lagi berjalan.

5. Menawarkan Terus Menerus Meski Client Belum Butuh

Sebenarnya gak terus menerus sih, tapi menawarkan produk yang sama di bulan-bulan berikutnya meskipun saya sudah pernah bilang "Mas , Mba Expat saya belum mau pasang pada media itu karena masih mau di digital saja dan kita juga belum ada budget untuk itu tahun ini"

Saking getolnya, oh ia mas Riza budget bisa banget disesuaikan kebutuhan kok ini ada paket-paket pandeminya. *masih usaha mba nya.

Duh dikata gue yang keluar duit yak..!

Approachnya padahal sih baik banget dan udah pinter, smooth banget tapi sayang produknya belum dibutuhin. 

6.  Tidak Menjalin Hubungan, Hanya Mikirin Cuan

Ini sebenarnya yang cukup parah, ada beberapa sales produk digital dan media yang hanya mikirin cuan-cuan dan menganggap brand hanya sebagai calon client yang akan menerima umpan-umpan untuk mengisi pundi-pundi mereka.

Yang namanya kita jual jasa (saya pun mantan agency dan media), kita itu harus bisa menjalin pertemanan atau minimal menjaga hubungan lah.

Jangan hanya berpikir cuan-cuan dan kerjaan. Begitu juga sebaliknya, ketika saya berada posisi di sebuah brand. 

Saya menganggap media dan agency adalah kawan lama saya,  kadang saat meeting saya sering cerita mba, mas  aku juga dulu di media loh, dulu saya juga di agency client saya brand A brand B  ngerjain itu juga loh.

Walaupun ibaratnya kita gak bisa menjalin pertemanan sesungguhnya pun, adalah sisi-sisi humanis. Basa-basi yang tulus bukan basa basi busuk, keep in touch. Bahkan kalau bisa, mengobrol dan bercerita di luar project atau pekerjaan agar hubungan kita dan client tidak terlalu kaku atau terlalu formal. 

Ingat! Jangan upa untuk menjalin komunikasi yang baik, menjadi pendengar yang baik, memberikan masukan serta gak pelit ide meskipun ide itu mahal harganya. Brsikap friendly dan helpfull agar client dan kita merasa nyaman dan dekat. 

Komunikasi yang baik serta tulus adalah kuntji.  

Dan gak melulu soal jualan dan cuan, karena rezeki gak akan kemana deh jika semuanya sudah kita jalin dengan baik.

**

Oke, itulah cerita saya di penghujung tahun 2020. Sisi positifnya di masa pandemi ini kita bisa punya skill baru. Bahkan bisa menjadi berkat dan manfaat untuk orang lain. Semoga masa pandemi ini cepat berlalu dan Selamat Tahun baru 2021.


Riza Firli, 30 Desember 2020 

Comments

  1. Padahal ya kuncinya di nomor 6 itu ya Riza, kalau saya rasain hal gini pas dulu masih kerja kantoran, karena saya dekat ama bos, astagaaaa kek dikejar debt colector mulu tiap hari.
    Di telpon lah, email lah, nyari ke kantor langsung lah, bikin sebal juga.

    Udah gitu terlalu to the point ya, coba jalin hubungan dulu, biar lebih enak, karena pada akhirnya, orang hanya akan memilih kerja sama dengan yang udah kita kenal karakternya :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. bener banget itu mba, suka sebel klo nawarin produk padahal dia sales executive yang produknya ratusan juta tapi nawarinnya kayak telemarketing kartu kredit, kta or asuransi yang langsung nembak ganggu di telpnin mulu.

      Delete
  2. No.2 tuh jujur kadang bete banget klo ditelp ala2 gitu. Kadang kita lagi sibuk, mereka langsung nyerecos aja :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ia harus pinter-pinter juga skip nya agar tetap baik dan sopan.

      Delete

Post a Comment