Media vs Influencer Mana yang Lebih Efektif di Gunakan ?


Seorang teman pernah bertanya, sekarang mending masang placement ke influencer atau menggunakan media online, tv atau media konfensional ?

Kalau menurut saya pribadi influencer atau key opinion leader (KOL) adalah salah satu metode yang digunakan untuk memasarkan sebuah produk atau jasa.

Kita harus benar-benar tepat dalam memilih influencer atau KOL . Misalnya produk kita adalah produk kecantikan yang menyasar ibu-ibu muda dari golongan ekonomi C ke B maka pilihlah segmen tersebut.

Semakin mengrucut sebuah niche, sebenarnya semakin gampang kita menentukannya. Akan tetapi jika produknya meluas bisa digunakan dari muda hingga tua, semua gender, dan hampir semua kelas ekonomi maka itu yang agak sulit atau lebih tricky dalam pemilihan influencer.

Fungsi influencer adalah mempengaruhi, memberikan info penting agar tersebar lebih luas. Yang tidak bisa dilakukan oleh influencer  menurut saya adalah penjualan langsung. 

Pernah suatu ketika saya mengurus influencer dan  menggunakan kode voucher unik untuk digunakan, namun hasilnya kurang banyak yang melakukan redeem dikarenakan  tidak bisa untuk pembelian produk digital seperti pulsa, token listrik dll.

Oh ya, tapi influencer yang memiliki channel Youtube sepengalaman saya lebih berpengaruh untuk penjualan. Karena bahasa audio visual dan durasi sangat melengkapi informasi yang diberikan ketimbang hanya foto atau video story 15 detik. Sehingga calon pembeli lebih terpengaruhi untuk memiliki produk tersebut.

Lalu untuk media online, konvensional, TV, Tabloid majalah apakah masih optimal digunakan ?

Sebenarnya untuk target orang-orang di kota besar seperti Jakarta, TV konvensional sudah mulai ditinggalkan dan tergantikan oleh TV digital yang ada di aplikasi, Youtube dan sebagainya. Namun jika, target masih ada di daerah-daerah TV masih sangat mempengaruhi dan juga media cetak masih digunakan karena tidak semua wilayah di Indonesia menjangkau koneksi internet yang cepat.

Media cetak saat ini juga sudah mulai merambah ke online dan memiliki versi digital, e-paper atau e-magazine. Seperti terbitan Gramedia contohnya, hanya langganan 90ribu perbulan kita bisa membaca banyak buku dan majalah secara online melalui hp atau tablet dengan maksimal 5 gadget. 

Saya merasa itu sangat-sangat terjangkau dibanding kita harus membeli 1 majalah atau buku seharga 30-50ribu.

Untuk perusahaan rintisan atau startup, media TV konvensional memang sangat mahal. Misalnya untuk membuat TVC dibutuhkan budget kurang lebih 500juta untuk produksinya, belum lagi biaya placement. Untuk itu Anda bisa memilih TV digital atau TV berlangganan yang biayanya jauh lebih murah.

Untuk yang belum memiliki TVC, Anda bisa membuat filler dengan harga lebih murah karena produksinya dibuatkan oleh media tersebut dan hanya tayang di jaringan channel mereka termasuk TV digital atau tv berlangganan mereka.

Namun, jika budget pembuatan filler masih terlalu mahal. Anda bisa menggunakan running text, popup atau lainnya.

Intinya menggunakan media dan influencer adalah saling melengkapi, Anda bisa menggunakan salah satu atau mengkombain keduanya misalnya menggunakan influencer sebagai model atau bintang iklan dari produk Anda.

Comments