pengaruh pilpres 2009 terhadap harga saham

-->
Pemilihan presiden merupakan suatu proses demokrasi yang biasa dilakukan di negeri ini setelah reformasi dilakukan pada tahun 1998. Indonesia sudah dua priode melakukan pemilihan presiden secara langsung yaitu pada tahun 2004 dan pada tahun berjalan tahun 2009. dimana pada kedua pemilihan tersebut dimenangkan oleh Let. Jen. Dr. Soesilo Bambang Yudoyono, wakil presiden yang berbeda yaitu pada tahun 2004 berpasangan dengan M Jusuf Kala, mengusung symbol/ sloga SBY-JK. Sementara pada tahun 2009 dengan cawapres Prof. Dr. Boediono, dan mengusung symbol SBY-berBOEDI. Sebelum reformasi pemilihan presiden tidak dilakukan secara langsung oleh rakyat, tapi pemilihan dilakukan oleh dewan perwakilan rakyat (DPR) dan anggota Majelis permusyarawaratan rakyat (MPR).

Khusus di Indonesia, pemilihan presiden (PilPres) didahului oleh pemilihan anggota dewan legislatif (PiLeg). Sehingga hasil pemilihan legislatif dapat mempengaruhi dan mempermudah bagi para calon presiden dan partai politik untuk maju dalam pemilihan presiden, demikian juga masyarakaat lainnya dalam menentukan pilihan calon presiden pada pilpres tersebut.

Pada pemilihan presiden kali ini, pada tahun 2009 sebagaiman telah kita ketahui, partai Demokrat sebagai partai baru dan berkuasa telah memenangkan pemilihan legislatif yang dilaksanakan pada tanggal 9 April 2009. sehingga pelaku pasar (Investor) telah mempunyai komitmen atau kesepakatan terhadap kandidat president tertentu, yaitu the incumbent sebagai presiden favorit dan disepakati oleh investor.
Sehingga pemilihan presiden yang berlangsung pada tanggal 8 Juli 2009, setelah pemilihan legislatif merupakan calon dari pemenang pileg merupakan Presiden yang disepakati pelaku pasar. Sehingga kandidat dari Partai Demokrat hanya perlu mencari calon wakil presiden saja. Pelaku pasar berkesimpulan bahwa, calon partai dipasangka dengan siapapun cawapresnya tetap diunggulkan karena telah terbukti dalam pemilihan legislatif yang dimenangkannya.

Selama pemerintahan Presiden terpilih dalam 5 tahun keadaan ekonomi, politik, sosial dan lainnya dapat dikendalikan dengan baik dan tidak ada kejadian luar bisar selama priode tersebut. Sehingga masyarakan merasa bahwa presiden yang sekarang terpilih layak dipilih kembali untuk lima tahun mendatang sesuai dengan perundangan yang memang presiden dapat dipilih kembali untuk dua priode.
Dalam pemilihan presiden terdapat beberapa tahapan yang harus dilalui oleh seorang president, antara lain mengajukan pendaftaran kepda Komisi Pelmilihan Umum (KPU), test kesehatan dan persyaratan lainnya sesuai dengan undang-undang yang berlaku, seperti melampau threshold yang telah ditentukan, dukungan partai partari politik peserta pemilihan legislatif.

Sebagaimana kita ketahui bahwa pemilihan presiden mempunyai jadwal yang telah ditentukan oleh Komisi Pemilihan umum, setelah nama-nama calon peserta pemilihan presiden ditetapkan maka sebelum pemilihan masing-masing calon presiden harus melakukan kampanye baik secara langsung maupun melalui media elektronik dalam suatu priode tertentu.

Harga saham tidak hanya dipengaruhi oleh factor internal perusahaan, tapi juga dipengaruhi oleh factor external perusahaan, antara lain:
  1. Tingkat suku bunga (Interest rate)
  2. Kondisi ekonomi
  3. Nilai tukar
  4. Harga minyak dunia.
  5. Sosial politik, dll.

Faktor-faktor tesebut diatas merupakan faktor tidak dapat atau diluar kendali perusahaan.
Sedangkan faktor internal perusahaan meliputi:
  1. Manajemen perusahaan
  2. Operasional perusahaan.
  3. Jenis produk, dll.

Faktor-faktor internal tersebut diatas, merupakan faktor yang dapat dikendalikan dan ditanggulangi oleh perusahaan .
Penilaian harga saham sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan external perusahaan. Dalam pasar modal dikenal dengan pendekatan fundamental analysis dan teknikal analisis.

Fundamental analisis merupakan suatu analisis yang meliputi laporan keuangan, manajemen, persaingan usaha dan pemasaran. Misalnya suatu saham dijual harga dua kali nilai buku(book value), saham diperdagangkan dengan harga 10x PER (price earning ratio),

Teknikal analisis merupakan suatu disiplin ilmu untuk menganalisis suatu saham untuk menentukan pergerakan suatu harga saham di masa mendatang dengan mempelajari harga suatu saham dimasa lalu. Beberapa istilah yang sering kita dengar melalui media, harga saham terkoreksi, market rebound, harga-harga sudah mendetkati support line atau bottom line, index sudah menyentuh resistant line dll.

Saham
Saham merupakan bukti kepemilikan yang dikeluarkan suatu badan usaha. Dalam hal ini saham yang mungkin dianalisa dan data harganya tersedia adalah saham yang diperjual belikan di pasar modal melalui bursa efek, kini bursa efek di Indonesia hanya ada satu yaitu Bursa Efek Indonesia (BEI) atau Indonesian Stock Exchange (IDX) yang merupakan penggabungan dari Bursa Efek Jakarta (BEJ) / Jakarta Stock Exchange (JSX) dan bursa efek Surabaya (BES)./ Surabaya Stock Exchange (SSX).
Sementara saham-saham yang tidak listing di pasar modal tidak mungking di analisis karena data sangat sukar untuk diperoleh.

Pemilihan presiden merupakan suatu peristiwa demokrasi yang dilakukan 5 tahun sekali, di beberapa negara lain ada yang 4 tahunan atau lebih. Pemilihan presiden merupakan peristiwa politik, yang merupakan faktor extenal dari perusahaan dan di luar kendali manajemen perusahaan. Sehingga analisis yang dilakukan adalah analisa teknikal bukan analisis fundamental. Sementara, selama priode pemilihan presiden, baik selama masa kampanye dan sesudah pemilihan faktor fundamental perusahaan, operasional, manajemen terus berjalan seperti biasa. Misalnya Pt Telekomunikasi Tbk. dengan Telokomselnya, masyarakat tetap menggunakan jasa telepon selular yaitu pulsa untuk berbicara yang dikeluarkan telekomsel selama priode tersebut. Demikian juga dengan Indofood, yang terkenal denga mie instant, masyarakat tetap menkonsumsinya, juga Saham INCO, Aneka Tambang dll. Tapi harga saham-saham tersebut di pasar, tetap dihantam bearish sentimen atau sentiment negatif, berupa turunnya harga saham-saham yang bersangkutan pada priode tesebut.

Selama periode pemilihan presiden data-data fundamental perusahaan tidak ada release yang dikeluarkan oleh perusahaan yang telah listing di Bursa Efek Indonesia, berupa laporan keuangan atau data public expose lainnya. Berdasarkan peraturan yang berlaku umum, listed companny hanya mengeluarkan laporan keuangan, berupa neraca, laporan laba-rugi dll, secara priodical bukan untuk memenuhi peristiwa-peristiwa tertentu seperti pada saat pemilihan presiden. Laporan keuangan dipublikasikan
  1. Laporan keuangan tahunan per 31 Desember.tahunan sebelumnya.
  2. Laporan keuangan tiga bulanan tahun berjalan.
  3. Laporan keuangan keuangan enam bulanan/semester pertama tahun berjalan.
  4. Laporan keuangan kwartal ketiga tahun berjalan, dan
  5. Laporan lainnya yang bekaitan dengan emiten (Penerbit saham), laporan kepemilikan saham, laporan disclosure lainnya.

Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut diatas, maka analisis harga saham dibatasi hanya pada perusahaan public atau perusahaan yang sahamnya telah diperdagangkan di pasara madal, bursa efek Indonesia. Demikian pula data hanya terbatas pada pergerakan harga saham dengan mengabaikan dan tidak memperhitungkan faktor-faktor fundamental atau internal perusahaan yang bersangkutan.

Presidential Election Cycle (theory)
Siklus Pemilihan Presiden
Suatu teori yang dikembangkan oleh Yale Hirsch yang menyatakan bahwa pasar saham (A.S) akan melemah (weakest) atau tekoreksi pada tahun pertama setelah pemilihan presiden dan kemudian rebound (memantul) pada sisa 3 atau 4 tahun masa kepresidenan. Teori ini semata-mata hanya hipotesis, namun demikian hal ini tidak selalu terjadi pada tiap pemilihan presiden .

Siklus (cycle)
Dalam semua aspek kehidupan terdapat suatu siklus, seperti karir misalah karir, pangkat, jabatan dll. Demikian juga di pasar modal, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Adanya tahap kenaikan, pase puncak, tahap penurunan dan di bawah. Masalahnya adalah bahwa para investor/pelaku pasar tidak menyadari bahwa akhir dari suatu tahap yang sedang berlangsung. Meskipun demikian, mengetahui suatu siklus merupakan suatu hal yang penting guna memaksimumkan keuntungan.
-->
-->
Tahap akumulasi (Accumulation phase)
Pada tahap awal ini harga suatu saham/index berada pada dasar dari suatu pergerakan harga. Para investor, manajer investasi dan trader mulai melakukan pembelian atau disebut priode akumulasi. Karena harga masih sangat menarik. Keadaan pasar pada umumnya masih menurun. Tapi pada priode ini harga masih flat/datar dan sentimen pasar akan berubah dari negatif menjadi netral.
Tahap Kenaikan (Mark up Phase)
Pada tahap ini, harga suatu saham telah setabil dan mulai naik lebih tinggi. Para pelaku pasar, telah menyadari bahwa arah harga saham-saham telah berubah arah. Media mewartakan bahwa periode penurunan telah berakhir. Pada tahap ini para investor mulai melakukan pembelian yang terseleksi.

Tahap Distribusi (Distribution Phase)
Pada ketiga dari siklus ini, para pejual saham mulai mulai melakukan pejualan dari saham yang telah dimiliki. Pada bagian siklus ini, bullish sentiment (sentiment kenaikan harga) telah mendekati akhir, sentimen pasar telah menjadi netral. Harga-harga saham telah datar (flat). Misalnya Index harga saham gabungan (IHSG) mecapai puncak (peak) pada Januari 2008. Dibutuhkan waktu 24 bulan untuk mencapai puncak tersebut dari awal tahun 2006 hingga akhir 2008. Hanya membutuhkan waktu 2 bulan tahap distribusi ini. Bila tahap ini berakhir, maka terjadi perlawanan arah (reversal direction). Tahap distribusi ini pelaku pasar sangat emosional dan ketakutan(fear). Sentimen pasar perlahan berubah dan terjadi sangat cepat bila disertai dengan berita buruk bidang politik atau berita ekonomi yang jelek. Para pembeli saham yang tidak mendapatkan keuntungan akan melakukan pejualan dengan untung yang sedikit atau titik impas (tidak untung tidak rugi) bahkan mengambil reksiko kerugian, dengan jual rugi walau hanya sedikit.

Tahap Penurunan (Mark Down Phase)
Pada tahan terakhir atau tahap terakhir, bagi para investor yang telah membeli saham pada tahap-tahap sebelumnya dan masih memilikinya, karena harga perolehannya atau investasinya telah jatuh jauh dibawah harga belinya. Para investor yang pada tahap distribusi dan awal tahap penurunan sudah pasrah atau menyerah. Akan tetapi tahap ini merupakan suatu tanda(signal) beli bagi para pelaku pasar lainnya, sebagai pertanda bahwa harga-harga saham mencapai dasarnya (bottom) atau titik jenuh jual (Oversold Condition).


-->
INDEX HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG)
JAKARTA COMPOSITE INDEX (JCI)
Index harga saham, merupakan indikator yang menunjukan pergerakan harga-harga saham. Index, adalah kata lain dari indicator (english). Index juga merupakan indikasi kecenderugan (trend) bursa saham, dengan kata lain index menggambarkan kondisi bursa saham pada suatu waktu tertentu apakah suatu bursa saham aktiv atau kurang aktiv. Misal index pada awal bulan 1.900 pada akhir bulan mejadi 2.300, maka dikatakan rata-rata harga saham di bursa mengalami kenaikan 40%.
Pergerakan index menjadi suatu hal yang penting bagi investor untuk menentukan posisi jual, beli atau tahan (Buy, sell and hold). Nilai index bergerak naik atau turun setiap saat.
Terdapat beberapa jenis di bursa efek indonesia:
  1. Individual index.
- Indosat, telkom, indofood.
  1. Sector stock price index./ Index sektoral
- Index Pertanian, pertambangan.
  1. Index harga saham gabungan (IHSG) / Jakarta Composite Index (JCI)
  2. LQ 45 Index.(LQ 45)
  3. Jakarta islamic index (JII) / Index Syariah
  4. Main board index. (index papan utama)
  5. Development board index.(Index papan pengembangan)
Disamping itu terdapat index lainnya, yaitu:
  1. Kompas 100
  2. Bisnis 27
  3. Pefindo 25 Index
  4. Sri-Kehati Index.

Siklus Index Harga Saham Gabungan ( IHSG )
Presidential Cycles Jakarat Composite Index (JCI)
Indikator yang umum digunakan adalah IHSG, merupakan suatu index yang menggunakan seluruh saham yang diperjual belikan di Bursa Efek Indonesia sebagai komponen index. Pergerakan index selama priode presiden 2004 – 2009 diperlihatkan pada gambar dibawah ini :

-->
Tahap akumulasi (Accumulation phase)
IHSG jika dilihat pada akhir 2004 menngalami trend/kecenderungan naik, akan tetapi selama tahun 2005 hingga awal tahun 2006 index bergerak pada suatu trading range pada suatu harga tertentu antara 1.050 hingga 1.150. Sehingga dapat disimpulkan sebaga priode akumulasi.

Tahap Kenaikan (Mark up Phase)
Pada tahap kenaikan ini dimulai pada pertengahan 2006 pada saat IHSG gagal melanjutkan penurunan lebih jauh dari level sekitar 1.300. sejak saat itu IHSG terus melanjutkan kenaikan (rally) menuju level yang lebih tinggi, hingga awal kwartal 4 tahun 2007 berada pada kisaran 2.400. ak akhir 2007 index gagal melan

Tahap Distribusi (Distribution Phase)
Sejak kwartal ke 4 2007, index gagal melanjutkan rally lebih jauh dan bergerak pada rentang yang sempit, dan bergerak cenderung datar pada kisaran 2400 – 2800. Bahkan index mencapai puncaknya (Peak) pada level 2800 yang terjadi pada januari 2008. Pada tahap ini belangsung cukup singkat, hanya beberapa bulan.

Tahap Penurunan (Mark Down Phase)
Pada may 2008 IHSG gagal melakukan pull up (naik kembali) pada level 2.500 atau gagal ditembus, sehingga index selanjutnya menjadi tahap penurunan. Demikian jelaslah setahun menjelang Pemilihan legislatif dan pemilihan presiden index telah mulai melakukan koreksi. Dengan demikian financial sector (sektor keuangan) mendahului sektor riil. Dimana dalam pemilu atau pilpres segalanya bisa terjadi dengan segala konsekuensinya. IHSG terus terkoreksi atau terkena sentimen bearish hinga akhir oktober 2008. Hingga index menyentuh level terendah pada kisaran 1.100.

Tahap akumulasi (Accumulation phase)
Mulai akhir Oktober 2008 IHSG mulai melakukan konsolidasi dimana para fund manager mulai melakukan akumulasi. Pada akhir nopember 2008, index berada pada posisi sekitar 1.100. IHSG gagal turun lebih jauh dari kisaran tersebut, sehingga index berpotensi untuk reversal atau berbalik arah dari kecenderungan turun menjadi naik,, dan kisaran 1.100 menjadi support level. Untuk selanjutnya IHSG tidak menyentuh level tesebut, sehingga level 1.100 dapat dikatakan sebagai price bottom. IHSG terus mengalami kenaikan hingga petengahan Januari 2009, hingga mengalami koreksi harga pada awal Maret 2009, dengan demikian index telah malakukan koreksi satu bulan sebelum pemilihan legislatif dan pada saat kampanye akan dimulai. Setelah masa kampanye berjalan lancar dan aman IHSG menjadi menguat pelaku pasar mulai percaya diri bahwa pemilihan legislatif akan berjalan aman.

Tahap Kenaikan (Mark up Phase)
Setelah pemilihan legislatif (PilLeg), dari masa kampanye hingga hari pemilu berjalan cukup aman dan lancar. Para investor memulai pase baru yaitu, tahap kenaikan (mark up phase), hal ini terlihat dari kenaikan IHSG disertai volume transaksi berwara merah diatas cukup tinggi ini sebagai pertanda bahwa pasar antusias melihat jalannya pemilu yang lancar.

-->
Pengaruh pemilihan presiden terhadap IHSG
Pemilihan presiden secara langsung di Indonesia sesungguhnya merupakan suatu yang baru bagi masyarakat kita dalam perpolitikan di negeri ini, dan di Indonesia baru dilaksanakan pada tahun 2004 dan pada tahun 2009. pemilihan umum legislatif (PilLeg) mendahului pemilihan presiden. Sehingga hasil pemilihan legislative akan mempengaruhi Pilpres secara umum. Berkut ini grafik yang menggambarkan perkembangan pergerakan index pada 10 hari menjelang pilpres dan 10 hari setelah pilpres.

-->
Pemilihan presiden dilaksanakan pada tanggal 8 juli 2009, tetapi pada tanggal itu bursa efek diliburkan, sehingga pisah batas akan dilakukan pada tanggal 7 juli 2009. Dengan rentang waktu 10 hari bursa, maka analisis dimulai pada tanggal 24 juni 2009, 7 juli 2009 dan 23 juli 2009.

Mesikipun pemilihan legislatif berjalan lancar dan aman pemenangnya telah diketahui dengan pasti. Tetapi pelaku pasar tetap belum yakin akan kelancaran pemilihan presiden. Hal ini terlihat pada grafik diatas. Sebulan sebelum PilPres sekitar awal juni pasar telah melakukan antisipasi jika pilres tidak berjalan sesuai dengan rencana. Oleh maka IHSG mengalami penurunan atau terkoreksi dari level tertingginya, 2.100 menjadi sekitar 1.900 pada akhir juni 2009. IHSG mengalami penurunan sebesar 200 point.

Setelah masa kampanye berjalan cukup kondusif dan relative aman, pada akhir juni atau sepuluh hari bursa sebelum pilpres IHSG mengalami kecenderugan/trend naik. Karena para investor optimis presiden tertentu akan memenangkan pilpres. Diperkuat dengan hasil-hasil survey yang menguatkan akan terpilihnya presiden tertentu.

Hal ini membuktikan bahwa pasar keuangan mendahului sektor riil. Sepuluh jelang pilpres dan setelah piplres diperkuat dengan hasil perhitungan cepat/quick account dan para investor menyetujui hasil-hasil tersebut, maka kenaikan index teus berlanjut 10 hari bursa setelah pilpres.

Hal ini disebabkan optimisme pelaku pasar bahwa pilpres berjalan sesuai ekspektasi pasar. Disamping itu terdapat penyebab lainnya yang terkait dengan itu. Seperti:
    1. Menurunnya suku bunga (sertifikat Bank Indonesia)
    2. Membaiknya Index regional.
    3. Index Dow jones telah rebound. Dll.

Daftar harga saham yang dipantau selama pilpres.
-->
Berdasarkan data diatas, yang diambil random ada kecenderungan para investor keluar dari pasar. Pada masa kampanye harga-harga saham diatas mengalami penurunan harga. Jelang Pilpres penurunan harga juga terjadi tapi tidak sebesar masa kampanye. Setelah diketahui presiden terpilih dan pemilu berjalan sesuai rencana, harga-harga saham memantul (rebound) bergerak ke arah positif teritory. Hampir semua saham yang diamati mengalami kenaikan.


Kesimpulan
Pilpres di Indonesia didahului oleh Pileg, sehingga hasil pileg sangat mempengaruhi kandidat presiden (capres/cawapres). Sehingga peristiwa pemilihan legislatif mempunyai pengaruh lebih besar terhadap Bursa Efek Indonesia. Hal ini ditandai dengan IHSG yang mengalami kenaikan setelah pileg 2009. Koreksi Index hanya terjadi jelang kampanye pilpres, setelah kampanye berjalan lancar dan calon presiden sudah dapat diprediksi , IHSG melanjutkan rally setelah 10 hari pilpres.



Comments

  1. Posting yang bagus sekali !

    ReplyDelete
  2. terimakasih :)
    ini sudah 2009 yg lalau wkt saya kuliah..

    ReplyDelete
  3. wah..... ini postingannya sarat ilmu ekonomi :)
    bagi yang cari info soal saham bisa baca postingannya Riza
    otya... aku juga bisa pengin menanam saham di BEJ hehehhe
    semoga bisa :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. syaratnya kamu harus mempunyai tabungan efek minimal 10 juta
      dan mempunyai NPWP atas nama sendiri
      banyak kok produk investasi lainnya juga yg lebih murah kamu bisa main di reksadana, pasar uang , dll
      banyak produk kok..

      Delete
  4. Keren bang postingannya. Tapi saya gak paham-paham banget :)

    Mau tanya dong Bang Riza, kenapa setiap menjelas pemilu harga barang mahal? Apa ada hubungannya dg saham-saham perusahaan itu?

    ReplyDelete
    Replies
    1. ia bisa jadi begitu.. klo barang naik menjelang pemilu kayaknya itu ya spekulasi sih bisa berbagai macam faktor penyebabnya. dan faktor-faktor tsb jg menyebabkan kenaikan harga saham di bursa

      Delete
  5. pantesan gue kira ini salah posting ini kan 2013 kalopun pilpres 2014, taunya dari 2009 yg lalu. pantes panjeang bener postingannya masih muda, masih banyak semangat.. sampe ada daftar harga saham segala, haduh ekonomi

    ReplyDelete
    Replies
    1. ia postingan saya beberapa tahun yang lalu...:D

      Delete
  6. aku juga gak paham nih tentang ekonomi...
    ternyata pilpres juga berdampak pada kenaikan harga pasar ya...
    gimana dengan pilpres tahun ini??
    apa lagi ditengah melemahnya rupiah terhadap dolar...

    ReplyDelete
    Replies
    1. nanti kita lihat aja untuk 2014 .. yaa... kita liat lagi gimana :)

      Delete
  7. *Mikir keras* Ini kayak ngulang pelajaran lagi. Ekonomi, Sosial, Budaya, dan Politik.. -_-

    ReplyDelete
  8. Nggak ngerti ekonomi karena saya anak PAI. Maaf ya.

    Kemarin di BW kok nggak ada tulisannya ya? Sekarang ada tulisannya? Aneh :|

    *NGgak nulis make over lagi?

    ReplyDelete

Post a Comment